Langsung ke konten utama

Anaplasma pada anjing


Anaplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi Anaplasma sp dari filum Ehrlichiaceae. Anaplasma merupakan salah satu jenis infeksi parasit darah pada anjing. Spesies Anaplasma awalnya dianggap sebagai parasit protozoa, tetapi kemudian pada tahun 2001 klasifikasinya dirubah dan termasuk dalam golongan rikettsia.  Penyakit ini sama seperti babesia bersifat intraselular pada sel darah merah. 

Gambar 1. Anaplasma pada anjing

Di Indonesia spesies anaplasma yang sering menyerang hewan ialah dari Anaplasma maginale. Selain itu jenis anaplasma lainya yang menyerang hewan ialah anaplasma centrale. Anaplasma marginale terjadi di sebagian besar negara tropis dan subtropis, dan di beberapa daerah yang beriklim sedang  (OIE 2010).  Laporan lainya menyebutkan bahwa agen penyebab anaplasmosis pada anjing umumnya disebabkan oleh infeksi Anaplasma phagocytophilum (Tsachev 2009).


Penyakit ini dapat bersifat akut maupun kronis.  Infeksi anaplasma biasanya ditandai dengan  adanya demam, anemia, ikterus,  dan kekurusan tanpa hemoglobinuria. Ada tiga fase penyakit infeksi anpalasma pada anjing. Fase akut cenderung ringan dan terjadi 1  sampai 3 minggu setelah anjing tersebut digigit oleh vektor yang terinfeksi.

Anaplasma mulai  masuk dalam sel darah merah, hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan  menghancurkan sel darah merah yang terinfeksi, dan  mengakibatkan penurunan sel darah merah. Anjing dapat menjadi lesu, kurang nafsu makan,  dan dapat menyebabkan pembesaran pada kelenjar getah bening. Demam mungkin ada juga terjadi. Fase ini jarang mengancam nyawa. Kebanyakan agen anaplasma akan hilang sendiri setelah fase satu, tapi beberapa akan melanjutkan ke tahap berikutnya.

Tahap kedua dianggap sebagai "fase subklinis", di mana anjing terlihat normal. Agen anplasma biasanya bersembunyi di limpa pada fase ini. Hal ini menyebabkan umum ditemukan pembesaran limpa. Anjing bisa berada pada fase  subklinis selama berbulan-bulan atau bahkan hingga bertahun-tahun. Fase terakhir adalah fase kronis ketika anjing sakit lagi. Selama fase ini hingga 60% anjing terinfeksi akan mengalami anemia akibat berkurangnya sel darah merah.

Spesies Anaplasma ditularkan baik secara mekanis maupun secara biologis oleh vektor arthropoda. Studi yang dilaksanakan untuk mempelajari anaplasma  melaporkan daftar sampai dengan 19 arthropoda yang berbeda yang mampu menularkan Anaplasma marginale secara eksperimental. Salah satu arthropoda yang dapat menularkan anaplasma di anjing ialah Rhipicephalus sanguineus. Transmisi penyakit ini dapat melalui transmisi Intrastadial atau transstadial (Tsachev 2009).

Fase awal saat anaplasma pertama kali dapat terinfeksi ialah pada saat 4-18 hari setelah infeksi dengan ukuran tubuhnya berkisar 1-6 µm. Identifikasi agen anaplasmosisi dapat dilakukan dengan pengamatan pada preparast ulas darah yang diwarnai dengan pewarna giemsa.

Pengobatan anplasmosis dapat dilakukan dengan pemberian anti anaplasmosis berupa antibiotik seperti doxycicline dengan dosis perhari 10 mg/kg bb selama 3-4 minggu (Tsachev 2009). Selain itu obat-obatan seperti imiodiocarb juga dapat digunakan untuk mengobati anaplasma. Obat ini juga dapt bekerja ganda menghancurkan parasit lain seperti babesia.

Daftar Pustaka

OIE (The World Organisation for Animal Health). 2010. OIE Terrestrial Manual 2010. http://www.oie.int.  [di akses 18 Juni 2012].

Tsachev I. 2009. Canine Granulotic Anaplasmosis. Trakia Journal of Sciences  7 (1): 68-72.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sekolah Kedokteran Hewan dunia

Profesi Dokter hewan merupakan salah satu profesi yang terbilang cukup tua. Profesi ini dapat dikatakan sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dimulai dengan adanya perawat kuda pada zaman romawi yang disebut `ferrier` yaitu perawat kuda, dari sinilah dimulai perkembangan ilmu kedokteran hewan  sehingga kata `ferrier` juga berkembang menjadi veterinarius atau veterinarian. Walaupun perkembangan ilmu kedokteran hewan sudah berlangsung cukup lama, namun secara resmi profesi dokter hewan baru ada pada tahun 1761, ditandai dengan berdirinya sekolah kedokteran hewan pertama di dunia yaitu di Lyon Perancis. Secara resmi profesi dokter hewan saat ini di dunia telah berumur 250 tahun. 

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind