Langsung ke konten utama

Titik Kritis Animal Welfare Idul Qurban


Jakarta - Idul Adha atau sering kita sebut sebagai Idul Qurban merupakan sebuah perhelatan akbar bagi umat Islam di dunia. Dalam Idul Qurban umat islam disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban seperti kambing, domba, sapi, kerbau, dan unta. Menyembelih hewan kurban selain merupakan ibadah kepada Tuhan juga merupakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat sehingga Idul Qurban ini memberikan makna yang luas bagi mereka yang mendalaminya.

Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia sudah tentu dalam pelaksanaan Idul Qurban memiliki peranan penting di dalamnya. Besarnya niat berkurban penduduk muslim di Indonesia telah memunculkan tempat-tempat penjagalan hewan yang baru seperti halaman masjid, halaman sekolah, pingir jalan, lapangan, dan tempat-tempat terbuka lainnya.

Selain munculnya tempat-tempat jagal baru tersebut juga memunculkan tukang jagal-tukang jagal baru. Kemunculan tempat dan tukang jagal baru tersebut jika tidak dibekali dengan pengetahuan seperti penyuluhan dan pelatihan maka sangat mungkin akan memunculkan permasalahan baru baik masalah kesehatan manusia dan hewan maupun kesejahteraan hewan (animal welfare).

Permasalahan ini menuntut pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam memberikan penyuluhan atau pun pelatihan-pelatihan agar meminimalkan munculnya masalah-masalah tersebut yang akan mengurangi nilai ibadah umat. Aspek penting yang perlu ditekankan adalah mengenai masalah kesehatan yaitu kesehatan masyarakat veteriner dan kaitannya tentang keabsahan hewan kurban menurut syariat yaitu kesejahteraan hewan (animal welfare).

Ada dua titik penting kesejahteraan hewan yang harus kita perhatikan dalam pelaksanaan Idul Qurban di Indonesia. Pengadaan hewan kurban dan pemotongan hewan kurban. Dalam pengadaan hewan kurban sangat berhubungan dengan transportasi dan penampungan hewan kurban serta ketersediaan pakan. Demi memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya banyak penjual/peternak hewan kurban yang menginvasi daerah perkotaan untuk memenuhi permintaan akan hewan kurban.

Kondisi ini sering tidak diimbangi denga persiapan yang matang. Pengangkutan ternak/ hewan kurban sering tidak memperhatikan aspek kesejahteraan hewan. Banyak peternak yang "menumpuk" ternaknya dalam kendaraan tanpa memperhatikan kapasitas kendaraan dan konstruksinya hanya demi untuk menekan biaya transportasi.

Hal yang sama terjadi pada penampungan hewan kurban. Jika kita perhatikan di pinggir jalan raya sejak seminggu sebelum Idul Adha banyak bermunculan tempat-tempat penampunagan hewan baru di mana sebagian besar kondisinya sangat kotor dan sempit tidak sesuai dengan jumlah ternak yang ada.

Kondisi kandang yang kotor dan sempit sangat mungkin menyebabkan peningkatan stress pada ternak. Tingginya tingkat stress pada ternak akan menurunkan nafsu makan sehingga bobot badan menjadi turun. Selain itu tingginya tingkat stress juga menyebabkan penurunan tingkat kekebalan ternak sehingga ternak mudah terserang penyakit.

Belum lagi tempat penampungan yang berada di pinggir jalan di mana asap kendaraan ada setiap saat di mana keadaan ini juga dapat menggangu kesehatan hewan. Kondisi ini sangat menurunkan aspek kesejahteraan hewan dan kesehatan hewan. Bahkan, jika ternak tidak lagi sehat maka tidak terpenuhi syarat ternak untuk dijadikan sebagai hewan kurban.

Ketersediaan pakan dalam tempat penampungan memiliki peran penting dalam aspek kesejahteraan hewan. Tempat penampungan ternak sementara yang umumnya berada di daerah perkotaan jauh dari padang rumput menyebabkan kurangnya ketersediaan pakan.

Karena jika harus mendatangkan pakan dari daerah lain dalam jumlah besar maka akan meningkatkan biaya. Tidak jarang kondisi ini menyebabkan ternak tidak teratur dalam makan atau bahkan ternak mengalami kelaparan yang berimplikasi pada penurunan bobot badan ternak. Hal ini tentunya juga merugikan penjual/ peternak.

Titik kritis lain yang harus kita perhatikan adalah dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban. Banyak ditemukan pelanggaran atau pengacuhan aspek kesejahteraan hewan dalam pengendalian dan perobohan hewan kurban sebelum dipotong. Pada proses perobohan hewan kurban sering kali dilakukan dengan pemaksaan dimana menyebabkan ternak menjadi kesakitan dan tersiksa.

Hal ini sering terjadi karena masih banyak masyrakat hanya berfikir agar ternak dapat mudah dan cepat untuk dipotong. Dalam menjatuhkan/ merobohkan hewan kurban yang besar seperti sapi dan kerbau sering dilakukan dengan menyrimpung kakinya yaitu menarik kaki secara berlawanan agar hewan jatuh. Akibatnya hewan akan jatuh terkapar atau tersungkur yang menyebabkan ternak menjadi kesakitan dan cidera yang berujung hewan tersiksa sebelum dipotong.

Hal lain perlu diperhatikan adalah saat pemotongan hewan. Menurut syariat pemotongan hewan harus menggunakan pisau yang tajam. Hal ini untuk mengurangi rasa sakit dan harus memotong tiga unsur, yaitu jalan nafas, darah, dan makanan. Pemotongan yang tidak sempurna menyebabkan pengeluaran darah tidak maksimal sehingga akan menyebakan karkas atau daging menjadi cepat busuk. Hal ini akan menurunkan standart kesehatan masyarakat veteriner.

Titik kritis kesejahteraan hewan dalam Idul Qurban baik dalam pengadaan maupun pelaksanan kurban perlu menjadi perhatian kita bersama. Tidak hanya pemerintah atau pun dinas terkait. Semoga dengan kita mengetahui dan menyadari akan adanya titik-titik kritis tersebut akan semakin menyempurnakan niat suci kita dalam melaksanakan ibadah kurban. Amin.

drh. Andi Yekti Widodo
Grugu Kaliwiro Wonosobo
andivets@yahoo.com

Penulis adalah mantan Sekjend PB IMAKAHI 2008-2010.

Sumber : Detiknews

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sekolah Kedokteran Hewan dunia

Profesi Dokter hewan merupakan salah satu profesi yang terbilang cukup tua. Profesi ini dapat dikatakan sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dimulai dengan adanya perawat kuda pada zaman romawi yang disebut `ferrier` yaitu perawat kuda, dari sinilah dimulai perkembangan ilmu kedokteran hewan  sehingga kata `ferrier` juga berkembang menjadi veterinarius atau veterinarian. Walaupun perkembangan ilmu kedokteran hewan sudah berlangsung cukup lama, namun secara resmi profesi dokter hewan baru ada pada tahun 1761, ditandai dengan berdirinya sekolah kedokteran hewan pertama di dunia yaitu di Lyon Perancis. Secara resmi profesi dokter hewan saat ini di dunia telah berumur 250 tahun. 

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind