Langsung ke konten utama

Studi Kasus : Penatalaksanaan Ovariohisterektomi untuk Kasus Pyometra Tertutup pada Kucing

Ovariohisterektomi

Ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan bedah untuk mengatasi kelainan pada ovarium dan saluran reproduksi hewan betina. Keputusan untuk melakukan ovariohisterektomi dipilih ketika berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan. Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina. Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya  tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae.

Efek yang muncul dari dilakukannya ovariohisterektomi adalah akan munculnya kondisi ketidak seimbangan hormonal untuk sementara waktu. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ovarium  merupakan kelenjar yang juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Namun, keuntungan dari dilakukannya ovariohisterktomi adalah dapat mencegah terjadinya tumor mamae dan akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kasus pyometra.


Teknik Ovariohisterektomi

Beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan operasi ovariohisterektomi diantaranya adalah laparotomi; pencarian dan preparasi ovarium dan uterus; penjepitan, pengikatan, pemotongan, dan penggantung ovarium dan uterus; serta penjahitan peritoneum dan kulit.

Salah satu jenis teknik laparotomi yang sering digunakan adalah laparotomi medianus dengan titik orientasi sekitar 1 cm sebelah posterior umbilikal. Sayatan dibuat pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikti hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium (Gambar 1-3).
Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan oavarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau ruptur (Gambar 4-6).
 
Penjepitan, pengikatan, dan pemotongan bagian penggantung ovarium dan corpus uteri dilakukan sebagai berikut. Dengan menggunakan tang arteri anatomis, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua tang arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan. Pada bagian anterior dari tang arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi diantara dua tang arteri tadi. Tang arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan tang arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan. Pada bagian uterus sebelahnya juga dilakukan penjepitan, pengikatan,dan pemotongan dengan cara yang sama. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan doyen forceps kemudian dilakukan penjahitan corpus uteri menggunakan doble benang ke arah lateral. Setelah itu dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan benang silk. Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua doyen forceps tadi. Kemudian, uterus dan ovarium bisa diangkat keluar tubuh dan doyen forceps yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan (Gambar 7).

Tahap berikutnya adalah penjahitan peritoneum dan kulit. Sebelum dilakukan penjahitan maka dilakukan penyemprotan antibiotik terlebih dahulu ke dalam rongga abdomen. Setelah itu dilakukan penjahitan menggunakan cat gut pada peritoneum dengan tipe jahitan sederhana. Kemudian, dilanjutkan dengan menjahit kulit menggunakan silk dengan tipe jahitan sederhana. Penutupan dilakukan menggunakan kain kasa dan sebelumnya telah di tambahkan dengan betadine. Untuk memfiksir balutan tersebut maka kemudian dipasang gurita melingkari abdomen (Gambar 8-10).

Kondisi uterus yang telah dikeluarkan dari tubuh kucing seperti terlihat pada Gambar 11-12.




Catatan Kondisi selama Operasi
Kondisi awal kucing sebelum operasi adalah pulsus 240 per menit, frekuensi nafas 52 per menit, suhu 38.30C, reflek +++, mukosa warna rose, dan CRT kurang dari 1 detik. Catatan kondisi kucing selama operasi adalah sebagai berikut :
No
jam
Frekuensi Jantung
Frekuensi nafas
Suhu
Reflek
Mukosa
CRT
1
11.23
140
28
36.3
+++
Rose
< 1
2
11.42
164
24
36.0
+
Pucat
   < 2
3
12.00
160
24
35.8
+
Pucat
< 2
4
12.21
164
28
35.2
+
pucat
< 2



Catatan Kondisi Post Operasi

No
Parameter
Hari Ke -
1
2
3
5
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
Pagi
Sore
1
Frekuensi nafas
32
28
28
28
32
32
32
32
2
Frekuensi Jantung
168
164
188
188
200
200
200
200
3
Suhu tubuh
37.4
38.2
38.8
38.5
39.5
39.5
39
39.1
4
Nafsu makan
-
-
-
+
+
+
++
++
5
Minum
-
-
+++
++
+
+
++
++
6
Defekasi
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Urinasi
++
++
++
+
+
+
++
++



Di tulis Oleh 
Ridi Arif S.K.H
Mahasiswa PPDH IPB Angkatan 1 2011/1012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sekolah Kedokteran Hewan dunia

Profesi Dokter hewan merupakan salah satu profesi yang terbilang cukup tua. Profesi ini dapat dikatakan sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dimulai dengan adanya perawat kuda pada zaman romawi yang disebut `ferrier` yaitu perawat kuda, dari sinilah dimulai perkembangan ilmu kedokteran hewan  sehingga kata `ferrier` juga berkembang menjadi veterinarius atau veterinarian. Walaupun perkembangan ilmu kedokteran hewan sudah berlangsung cukup lama, namun secara resmi profesi dokter hewan baru ada pada tahun 1761, ditandai dengan berdirinya sekolah kedokteran hewan pertama di dunia yaitu di Lyon Perancis. Secara resmi profesi dokter hewan saat ini di dunia telah berumur 250 tahun. 

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind